Pengaruh Kemarau Pada Polusi Udara - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sejumlah faktor terkait tingginya konsentrasi polutan di Jakarta, salah satunya faktor musim kemarau. Sebab, saat memasuki musim kemarau, frekuensi turunnya hujan akan berkurang.
"Memang ciri dari polutan udara memang seperti itu [musim kemarau], jadi dia akan melebur istilahnya rainwash, ketika ada hujan dia membersihkan polutan - polutan. Artinya, kalau musim kemarau kan hujannya sudah berkurang otomatis," kata Kasubid Informasi Pencemaran Udara BMKG Suradi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (3/7).
Menurut Suradi, faktor alam bukan satu-satunya penyebab polusi udara namun faktor manusia pun juga mempengaruhi misal dari sektor industri. Namun, secara umum menurunnya curah hujan akibat musim kemarau merupakan penyebab utama.
Suradi juga mengungkapkan bahwa secara umum, memang benar kalau musim kemarau yang menjadikan curah hujan lama tidak turun maka otomatis konsentrasi polutan akan terakumulasi.
Untuk mengukur polusi udara, BMKG menggunakan alat bernama Ozone Alayzer yang merupakan alat pengukur kualitas udara dengan tingkat akurasi yang baik. Ada 26 unit yang telah disebar di sejumlah titik di Indonesia yang telah diungkapkan Suradi, akan tetapi khusus di Jakarta hanya terdapat di daerah Kemayoran saja.
BMKG menggunakan alat Ozone Analyzer untuk memantau polutan selama 24 jam dengan sistem kerja yang dibantu pompa untuk menarik debu - debu dari konsentrasinya dan ditembakan dengan sebuah sinar.
Andono juga menyebut banyaknya polusi yang terjadi di Jakarta akibat sejumlah proyek yang masih berjalan.
Menyoal indeks standar pencemar udara (ISPU) udara di Jakarta saat ini, data BMKG melalui situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan kualitas udara di 5 wilayah di Jakarta kategori sedang.
Pengaruh Kemarau Pada Polusi Udara
BMKG Jelaskan Pengaruh Kemarau dan Polusi Udara di JakartaPemerintah Thailand sempat menguji drone untuk mengurangi polusi udara di negara itu. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
- Jakarta Timur: ISPU sebesar 81 mikrogram/m3 berdasarkan partikulat 10 (PM 10) kategori sedang
- Jakarta Pusat: ISPU sebesar 59 mikrogram/m3 berdasarkan partikulat 10 (PM 10) kategori sedang
- Jakarta Utara: ISPU sebesar 72 mikrogram/m3 berdasarkan partikulat 10 (PM 10) kategori sedang
- Jakarta Selatan: ISPU sebesar 59 mikrogram/m3 berdasarkan partikulat 10 (PM 10) kategori sedang
- Jakarta Barat: ISPU sebesar 56 mikrogram/m3 berdasarkan partikulat 10 (PM 10) kategori sedang
Data di atas dihimpun pada Rabu (3/7) pukul 15.00 WIB.
Menurut laman resmi BMKG, indeks standar pencemar udara (ISPU) terbagi menjadi lima kategori :
- Baik (0-50 mikrogram/m3),
- Sedang (50-150 mikrogram/m3),
- Tidak sehat (150-250 mikrogram/m3),
- Sangat tidak sehat (250-350 mikrogram/m3),
- Berbahaya (>350 mikrogram/m3).
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi isu udara buruk di Ibu Kota dengan menjelaskan kondisi cuaca Indonesia yang mulai memasuki musim kering dan akan berdampak pada kualitas udara di Jakarta seiring bertambahnya volume kendaraan.
0 komentar:
Posting Komentar